SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW
OLEH :
1.
EVI ROHMAWATI
2.
FRANTUSY PUTRI .L
3.
PUTRI OCTAVIA .A
4.
NOVIA CANDRA
XI. IPA 3
SMA NEGERI 1 GONDANG
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas tentang SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW ini dengan baik sesuai dengan waktu
yang telah kita tentukan.
Tulisan ini adalah hasil pencarian dari berbagai sumber yang
sudah maju seperti saat ini. Dan disertai dengan analisa dan kesimpulan serta
hal yang lain sesuai dengan tugas.
Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan
laporan seperti ini, pengamatan yang kami laksanakan dapat tercatat dengan rapi
dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan
proses belajar kita terutama dalam bidang agama islam.
Bersama
ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya tugas ini, kepada teman – teman semua. Semoga segala
yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang Maha Kuasa.
Dalam
penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan
untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa
mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Gondang , 11 Nopember 20011
Penyusun
Sejarah Nabi Muhammad SAW
Lagi-lagi
sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin
tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah
sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di
sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan
penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat berbuat apa-apa dan
juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi oleh berhala-berhala yang
sekarang telah berubah wujud tapi memiliki wujud berhala yang sama. Sungguh tak
terpikirkan betapa bodoh manusia zaman itu, ialah sebuah jazirah yang disebut
jazirah Arabia, perbuatan buruk dan haram, perampokan, pembunuhan
bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan segala kebajikan dan moral
menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam situasi kemerosotan yang luar
biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah (bani/kaum).
I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini
muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang
membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi
bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu
menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke
muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia
dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir
tanggal 17 Rabiul Awwal (12 Rabiul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang
ini tak pernah padam walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin
terang dan semakin terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang
selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di
setiap zamannya. Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara
Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan
terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci
sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada
Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia
adalah rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan
sanggup memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi
dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api
abadi di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan
pasukan bergajah untuk menghancurkan Kabah, yang di kemudian hari menjadi
kiblat baginya dan ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini
dihancurkan oleh burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Kabah),
karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran
manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya,
ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal dari
silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS).
Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan meletakkannya ke
dalam rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia
besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang
amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat lain surat
tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang
suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya,
datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada
Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata“ kata ini kepada wanita
ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang
suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini,
tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa
hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata
kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik - baik. Ia berulang
kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti
Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi
yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka
jagalah ia baik -baik hingga kelahirannya.”
Saat
ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain 17
tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa
tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa
juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum
lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya
ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang
kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra
Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri
(Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki
profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa
waktu kehidupannya untuk menjadi gembala
domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah
jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang
hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya
kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis
sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum
beroleh jabatan kerasulan. Orang bertanya kepada Nabi,Apakah
Anda juga pernah menjadi gembala?â€
Beliau menjawab,”Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang
Mekah di daerah Qararit.”
Sang bintang terlahir bukan dari
kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang
yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung,
apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang
tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua dan
kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita
dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad
terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan
dirinya dikenal di masyarakat sebagai seorang jujur (al Amin), ia menjadi salah
seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua
kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah Quraisy,
termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat
tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih
banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang
bintang melewati negeri Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum
pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah,
berkata kepada sang Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah
mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan
keuntungan besar yang kita dapatkan.Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang
duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi
menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah
menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan.
Maisarah menceritakan Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat.
Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang
seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, “Orang yang duduk
di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak
kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.”
Kemudian Khodijah menceritakan apa
yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia.
Waraqah mengatakan, Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa
Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa
yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti Aliyah
sebagai berikut:
Wahai Muhammad! Katakan terus
terang, apa sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki
kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa!†Apakah anda akan menyambut dengan
senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan,
dan kehormatan ? Nabi menjawab, “Apa maksud Anda?Ia lalu menyebut Khodijah.
Nabi lalu berkata, “Apakah Khodijah siap
untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?” Nafsiah berujar “Saya mendapat kepercayaan
dari dia, dan akan membuat dia setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan
agar walinya (Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan Anda,
dan upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan".
Kemudian Muhammad membicarakan hal
ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun
diselenggarakan, sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya
dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia berkata demikian,
“Keponakan saya Muhammad bin Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan
Quraisy. Kendati tidak berharta, kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi
asal usul dan silsilah adalah permanen".
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan
mengatakan sambutannya, “Tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda.
Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda.” Upacara pun dilaksanakan.
Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa,
ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan
ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang
dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing
Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal
sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur sang bintang mulai
menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Kabah. Akibatnya,
tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding kabah mengalami
kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Kabah tapi takut
membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis,
meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang
Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi
sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan
persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu.
Pada saat pembangunan kembali kabah, diberitahukan pada semua pihak sebagai
berikut, Dalam pembangunan kembali Kabah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan
yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau
melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini. Terlihat
bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang
diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal
demikian, inipun terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun
pemerintahnya mengetahui tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau
pun perbuatan yang salah dan benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan
itu walaupun tahu itu adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju
Mekah, ketika dinding kabah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu,
tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini,
muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa
tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali
sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari.
Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara
Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy
seraya berkata,Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu
Shafa. (buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini.
Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad,
al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit.
Untuk menyelesaikan pertikaian itu,
Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di
atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat
sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat
ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri.
Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir
pecah menjadi peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah
membuat konsep tentang semua ini, tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia
tampakkan pada diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada bentuk
lahirnya yang indah. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi
bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam wujud
lahiriah (penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan
selama hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya menjadi
manusia ilahi. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia
mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya
menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya
secara mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah
dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit,
bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur,
beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah
kiranya yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini
kepada Tuhan, yang menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat
dicapai kurang lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa
menyangkut sahabat karib-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu tentang
wahyu, dan seakan-akan ia ingin berkata,disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal,
yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah
Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah
mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup
telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian
hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat diturunkannya
kalimat Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk
menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang. Al-Quran,
susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak telah membuat tercengang
manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan
mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya,
dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia, dan celaka.
Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk
menyampaikan kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di
Gunung Hira. Al-Amin telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk
memikul tugas yang maha berat ini, Jibril datang kepadanya dengan membawa
beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam
Al-quran sebagai berikut
Bacalah
dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang
mengajari [manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang
program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya
diberikan dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad,
pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan
sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang
kepadanya ummat manusia memohonkan syafaat. Tidak satupun mahkluq yang mencapai
kesempurnaan yang dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan,
kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak
pernah menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat
Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun
dari Gua Hira menuju rumah Khodijah.
Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang
didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya,”Wahai
Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku Jibril”.
Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara berangsur-angsur,
fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang
pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah Ali.
Muhammad
mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling
kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan
memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata, Sesungguhnya, pemandu suatu kaum
tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada
sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada
Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya!
Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan
kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga
Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang
berbuat jahat). Lalu beliau menambahkan, Tak ada manusia yang pernah membawa
kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya
membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan
kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian
yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima
wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?.
Ketika
pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. Ali,
remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya
berkata dengan mantap, “Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda”. Nabi
menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang
menyambut kecuali Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu
berpaling kepada kerabatnya seraya berkata, “Pemuda ini adalah saudara, washi,
dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti
dia".
Pemakluman khilafah (imamah) Ali di
hari-hari awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini
berkaitan satu sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat,
khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan
sendirinya menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak
terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme
spiritual dan kebenaran Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua
dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan
dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan
permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat
diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir,
pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima
kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum
kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad,
berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah
terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musrik yang terus menghardik
dan mengejeknya. Banyak yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan
Muhammad, suatu saat Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara
rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan
berkata,†Wahai Abu Tholib! Muhammad
mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia
merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu
karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah
kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai
penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan
membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi
seraya berkata,Para sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik
berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda. Nabi menjawab,”Saya tidak menginginkan
apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka harus
menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat memerintah bangsa
Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka”. Abu Jahal bangkit
sambil berkata,” Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya.Nabi menjawab,” Kalian harus mengakui keesaan
Tuhan.Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke
ceret panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak
mereka berkata,” Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu
Allah saja?”
Orang Quraisy meninggalkan rumah
Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan
cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan,
Dan
mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan
mereka; dan orang-orang kafir berkata,”Ini adalah seorang ahli sihir yang
banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.”Dan pergilah
pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata],”˜Pergilah kamu dan tetaplah
[menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini;
ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.”
Banyak sekali contoh penganiayaan
dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru.
Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Muith melihat Nabi bertawaf, lalu
menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke
luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani
Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi
kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim,
kebanyakan pengikutnya budak wanita dan – pria serta beberapa orang tak
terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus ,
para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang
memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut
hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan
adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan
bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.”
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan
akal untuk menghancurkan Muhammad, maka mereka melakukan propaganda anti Muhammad,
diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan
mendengarkan Al-Quran, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah
mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan
mereka, dalam Al-Quran Allah berfirman
Demikianlah,
tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka
selain mengatakan,Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka
saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum
yang melampaui batas.
Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam
cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk
mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade ekonomi yang
membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi
dan para pengikutnya masuk ke Syiib Abu Tholib, yang diikuti pendamping
hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung
mereka di Syiib itu selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun
berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari
pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun
berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita,
Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan
kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk
mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas dengan
baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum
Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah
Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang
sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan
yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi
pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan Am Al-Huzn
(Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum
kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula
menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan
itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber
cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya, Ayah,
kemana Ibu?Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan
kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang
ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin
berani menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa
hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam.
Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di
bulan Robiul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang
muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, Ali dan Abu Bakar, dan
segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah
akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan
masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut
balas atas kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira
Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan
duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir
itu. Al-Quran merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
Dan
[ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang
mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang
tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan
nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang
pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi,
Ali, sekali lagi Ali. Kepadanya Nabi berkata,”Tidurlah di ranjang saya malam
ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena
musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. Ali
menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat
puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat
keadaan rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di
kamar itu adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan
gairah besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera
berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan
suara gaduh. Serentak Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan selimutnya
lalu berkata dengan sangat tenang “Apa yang terjadi ?” Mereka menjawab,”Kami
mencari Muhammad. Di mana dia?” Ali berkata,” Apakah anda
menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada
Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah” .Muhammad
telah pergi jauh di luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabiul
Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan
Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir
pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi
beliau menunggu kedatangan Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya Ali dan
rombongannya “ diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti Asad dan
Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib “ karena itu, mereka memburunya dan
berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan Ali
berkata Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah,
majulah! Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa
masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang.Ketika
Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah
Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, Ali telah tiba tapi tak
mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat Ali lalu merangkulnya. Ketika
melihat kaki Ali membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib yang kemudian
berganti menjadi nama Madinah - menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan
berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi
sebuah negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di
Madinah bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air
dan hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk
menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap untuk menghancurkan
Islam yang dibangun ini, perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq,
yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu menjadi pemberi
moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan Iman yang
membara. Pada perang Badar al-washi (Ali) dan Hamzah tampil menghadapi
pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, Ali mengingatkannya
dalam kata-kata Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari
pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu
(Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang
Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan Ali tidak pernah Absen, Ali adalah pembawa
panji dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan Ali pada perang
Khandaq (parit) “ disebut juga dengan Ahzab “ kepada ˜Amar bin Abdiwad
itu,Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para pengikutku,
karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi
terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat
kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng
Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya
Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan Umar
memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi
dan para komandan Islam kecewa atas pernyataan Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang
menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi, Dimanakah Ali? Dikabarkan
kepada beliau bahwa Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu
pojok. Nabi bersabda,” Panggil dia”. Ali
diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah Nabi. Pernyataan ini
menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan
tangannya ke mata Ali seraya mendoakannya. Mata Ali langsung sembuh dan tak
pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan Ali maju, menurut
riwayat pintu benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan
lebarnya 30 inci. Mengutip kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari Ali
melalui jalur khusus, Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai
perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada parit
yang digali kaum Yahudi. Seseorang bertanya kepadanya,”Apakah Anda merasakan beratnya?” Ali
menjawab,”Saya merasakannya sama berat dengan perisai saya.” Masih banyak lagi
peristiwa-peristiwa lain selain peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir
Quraisy, banyak juga peristiwa yang menggembirakan, misalnya peristiwa
pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri Nabi, perubahan kiblat dari Bait
al-Maqdis ke Kabah di Makah. Selain serangan dari luar Kota Madinah, kaum
Yahudi yang berada di dalam kota selalu mencoba melakukan rongrongan terhadap
pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun Sang Maha Konsep telah menentukan
Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia
terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian
Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan
perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah
disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap
bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak
laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada
pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api
unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh
tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan
Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk
Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang
masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan
pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan Firaun-firaun,
digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang
seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang
dulu berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap
dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf,
menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah.
Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap
tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu
mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah
memeranginya pengampunan dan beliau berkata “... Pergilah, Anda semua adalah orang-orang
yang dibebaskan!”
Kini, di Shafa, laki-laki yang
telah membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang
sarat dengan berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang
gemilang. Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak
pernah merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang
-orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan Baiat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada
beberapa peperangan besar berlanjut semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk.
Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat
kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia
memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada
kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh.
Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari
cerai-berai Ayyuhan Nas, mau kemana
kalian ?” Wahai orang-orang yang ikut baiat al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang
kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah
pohon...! orang-orang Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri mereka!
Dan ingat bahwa hingga saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi
memanggil mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah
kaum kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya
dengan,” Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami datang...!”
Pasukan Islam kembali memenangkan
pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya
telah selesai, dan kini “ tidak bisa “ tidak di harus melihat pasukannya, untuk
kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah
diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan
menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji
pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut
didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di
Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan ..
sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji
meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqaidah , Nabi disertai semua isterinya,
menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang
Subuh, dan mulai bergerak... seluruh padang terisi gema suara mereka yang
mengucapkan,Labbaik, Allahumma labaik...
Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma,
ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik,
aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan
kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku datang
memenuhi panggilan-Mu... Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan
pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang,
laki-laki dan perempuan “ dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di
padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang “ bergerak menuju satu
arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi
kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah kakek tua yang terbelenggu dalam
pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan. Ia adalah tukang cerita yang membacakan
hikayat-hikayat Firaun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad dan
orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa
ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian
pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa
“penguasa†itu berada di tengah-tengah
pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan
itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Kabah dan
Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya,
kita sudah diantarkan kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari
itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala
semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan
perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,”Tahukah kalian, bulan apa ini ?”
Mereka serentak menjawab,”Bulan
Haram!” .....
...”Ayyuhan Nas, camkan
baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan
bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya...
Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga
kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah
itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu.
Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih mempunyai
amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya.....”
Akar-akar syirik telah dihapuskan
dari Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat
berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan pakaian
yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja,
rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.
Muhammad telah melaksanakan
tugasnya, dan sekarang beliau berada di pembaringan, Nabi membuka mata seraya
berkata kepada putrinya dengan suara pelan Muhammad tidak lain hanyalah seorang
Rosul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah jika dia
wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke
belakang, maka tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan
Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. ^_^